Sekecil Apapun Kebahagiaan mari kita rayakan dengan ngopi!!!!!

Minggu, 14 Desember 2014

Arti Membaca

Semasa seorang anak memasuki bangku pendidikan formal, hal pertama yang diajarkan oleh guru adalah pelajaran baca tulis. Hal tersebut tentunya sangat penting sebagai suatu landasan perpijak, modal awal sekaligus titik awal untuk pembelajaran selanjutnya. Sudahkah ketrampilan baca tulis yang seakan sederhana dan mudah kita lakukan tersebut kita pahami maknanya secara mendalam? Apakah arti dari membaca? Apakah makna dari menulis?
Risalah kenabian berupa wahyu Al Qur’an yang diberikan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW adalah iqro’, bacalah! Kenapa kita diperintahkan terlebih dahulu untuk membaca? Bukannya menulis? Hal tersebut tentunya bukan tanpa alasan dan sebenarnya urutan tersebut sangat terkait dengan struktur sembilan puluh sembilan nama Allah dalam Al Asmul Husna. Bagaimana maksudnya?
Adz Zohiir dan Al Bathien adalah sebagian dari asma Allah. Kata lahir lebih dahulu hadir sebelum batin. Jadi sebenarnya manusia diperintahkan untuk “melihat” yang lahir guna kemudian disimpan dalam dunia batin kita, itulah arti membaca.
Menurut Damarjati Supadjar, “membaca adalah suatu aktivitas membatin suatu hal yang lahir”, tentunya dalam pengertian luas. Maksud dari lahir disini adalah benda dalam artian fisik, kongkrit maupun abstrak yang dapat diindera oleh panca indra manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Langsung dalam pengertian melalui penglihatan, perabaan, penciuman, pengecapan, maupun pendengaran. Sedangkan tidak langsung dapat diartikan melalui ciri-ciri suatu benda atau keadaaan, ataupun dengan peralatan bantu tertentu.
Contoh yang paling sederhana adalah membaca tulisan. Tulisan adalah suatu bentuk fisik kongkrit yang melalui indra penglihatan, atau bisa juga melalui perabaan bagi saudara kita yang tuna netra, kita jadikan sebagai input untuk diolah oleh otak berdasarkan referensi pengetahuan yang pernah diajarkan(pelajaran mengenai abjad) untuk kemudian disimpan dalam memori. Dari memori tersebut kemudian tersusunlah kata dan kalimat yang dapat kita keluarkan melalui ucapan, atau bisa jadi kita hentikan sampai tahapan penyimpanan makna dalam memori jika kita membaca secara batin.
Dari contoh sederhana tersebut kemudian dapat ditarik makna yang lebih luas menyangkut obyek baca tidak hanya lagi berujud tulisan. Kita bisa membaca warna sebagai merah, hitam, putih, biru dan sebagainya. Kita bisa membaca gambar, lukisan, gunung, air, batu, laut, langit dan masih banyak benda yang lain.
Kita juga bisa membaca suasana sebagai panas, dingin, senang, susah, menakutkan. Suhu dapat kita baca secara tidak langsung dengan bantuan alat termometer, kelembaban udara dibantu dengan higrometer maupun barometer. Curah hujan dapat diukur dengan regenmeter, massa dapat ditimbang, radiasi dapat diketahui dengan surveymeter, dan masih banyak contoh lain.
Pertanyaan berlanjut, apa yang mesti dibaca manusia? Yang harus dibaca manusia adalah ilmu Allah. Menurut para ahli tafsir, ilmu Allah dibagi menjadi dua yaitu ilmu Allah yang terucap atau kalam, serta ilmu Allah yang tercipta atau disebut alam. Dengan demikian untuk kemaslahatan hidup manusia dalam mengemban tugas memakmurkan bumi, manusia diharuskan membaca, dalam arti mengaji, mengkaji, meneliti, menelaah dan berpikir mengenai kalam dan alam. Hanya dengan penguasaan ilmu kalam dan alamlah manusia dapat menciptakan pengetahuan dan teknologi untuk kesejahtearaan hidupnya.