Semasa seorang anak memasuki bangku pendidikan formal, hal pertama
yang diajarkan oleh guru adalah pelajaran baca tulis. Hal tersebut
tentunya sangat penting sebagai suatu landasan perpijak, modal awal
sekaligus titik awal untuk pembelajaran selanjutnya. Sudahkah
ketrampilan baca tulis yang seakan sederhana dan mudah kita lakukan
tersebut kita pahami maknanya secara mendalam? Apakah arti dari membaca?
Apakah makna dari menulis?
Risalah kenabian berupa wahyu Al Qur’an yang diberikan pertama kali
kepada Nabi Muhammad SAW adalah iqro’, bacalah! Kenapa kita
diperintahkan terlebih dahulu untuk membaca? Bukannya menulis? Hal
tersebut tentunya bukan tanpa alasan dan sebenarnya urutan tersebut
sangat terkait dengan struktur sembilan puluh sembilan nama Allah dalam
Al Asmul Husna. Bagaimana maksudnya?
Adz Zohiir dan Al Bathien adalah sebagian dari asma Allah. Kata lahir
lebih dahulu hadir sebelum batin. Jadi sebenarnya manusia diperintahkan
untuk “melihat” yang lahir guna kemudian disimpan dalam dunia batin
kita, itulah arti membaca.
Menurut Damarjati Supadjar, “membaca adalah suatu aktivitas membatin
suatu hal yang lahir”, tentunya dalam pengertian luas. Maksud dari lahir
disini adalah benda dalam artian fisik, kongkrit maupun abstrak yang
dapat diindera oleh panca indra manusia, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Langsung dalam pengertian melalui penglihatan, perabaan,
penciuman, pengecapan, maupun pendengaran. Sedangkan tidak langsung
dapat diartikan melalui ciri-ciri suatu benda atau keadaaan, ataupun
dengan peralatan bantu tertentu.
Contoh yang paling sederhana adalah membaca tulisan. Tulisan adalah
suatu bentuk fisik kongkrit yang melalui indra penglihatan, atau bisa
juga melalui perabaan bagi saudara kita yang tuna netra, kita jadikan
sebagai input untuk diolah oleh otak berdasarkan referensi pengetahuan
yang pernah diajarkan(pelajaran mengenai abjad) untuk kemudian disimpan
dalam memori. Dari memori tersebut kemudian tersusunlah kata dan kalimat
yang dapat kita keluarkan melalui ucapan, atau bisa jadi kita hentikan
sampai tahapan penyimpanan makna dalam memori jika kita membaca secara
batin.
Dari contoh sederhana tersebut kemudian dapat ditarik makna yang
lebih luas menyangkut obyek baca tidak hanya lagi berujud tulisan. Kita
bisa membaca warna sebagai merah, hitam, putih, biru dan sebagainya.
Kita bisa membaca gambar, lukisan, gunung, air, batu, laut, langit dan
masih banyak benda yang lain.
Kita juga bisa membaca suasana sebagai panas, dingin, senang, susah,
menakutkan. Suhu dapat kita baca secara tidak langsung dengan bantuan
alat termometer, kelembaban udara dibantu dengan higrometer maupun
barometer. Curah hujan dapat diukur dengan regenmeter, massa dapat
ditimbang, radiasi dapat diketahui dengan surveymeter, dan masih banyak
contoh lain.
Pertanyaan berlanjut, apa yang mesti dibaca manusia? Yang harus
dibaca manusia adalah ilmu Allah. Menurut para ahli tafsir, ilmu Allah
dibagi menjadi dua yaitu ilmu Allah yang terucap atau kalam, serta ilmu
Allah yang tercipta atau disebut alam. Dengan demikian untuk
kemaslahatan hidup manusia dalam mengemban tugas memakmurkan bumi,
manusia diharuskan membaca, dalam arti mengaji, mengkaji, meneliti,
menelaah dan berpikir mengenai kalam dan alam. Hanya dengan penguasaan
ilmu kalam dan alamlah manusia dapat menciptakan pengetahuan dan
teknologi untuk kesejahtearaan hidupnya.