Sekecil Apapun Kebahagiaan mari kita rayakan dengan ngopi!!!!!

Sabtu, 25 Desember 2010

Don`t B sad!!!!

Mungkin Anda pernah membaca ayat ini: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.” (At-Taubah:40) Lalu, bagaimana jika kita tetap merasa bersedih? Ini artinya ada sesuatu yang salah dalam hati kita. Dalam ayat diatas, kita tidak perlu bersedih sebab Allah beserta kita. Jika kita masih tetap saja bersedih, artinya kita belum merasakan kedekatan dengan Allah.
Yang dimaksud bersedih bukanlah berarti menangis. Menangis dalam rangka takut dan berharap kepada Allah malah dianjurkan supaya kita bebas dari api neraka. Bersedih yang dilarang adalah kesedihan akibat ketidaksabaran, tidak menerima takdir, dan menunjukan kelemahan diri.
Bersedih Itu Manusiawi
Para Nabi bersedih. Bahkan Rasulullah saw pun bersedih saat ditinggal oleh orang-orang mencintai dan dicintai beliau. Namun, para Nabi tidak berlebihan dalam sedih. Para Nabi segera bangkit dan kembali berjuang tanpa larut dalam kesedihan.
Bersedih Tidak Diajarkan
Bersedih (selain takut karena Allah) tidak diajarkan dalam agama. Bahkan kita banyak menemukan ayat maupun hadist yang melarang kita untuk bersedih.
Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS.At-Taubah:40)
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS.Ali ‘Imran:139)
Rasulullah saw pun berdo’a untuk agar terhindar dari kesedihan,
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran; Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud)
Lalu, bagaimana supaya kita tidak bersedih?
Jika kita melihat ayat dan hadits yang disebutkan diatas, setidaknya kita sudah memiliki dua solusi agar kita tidak terus berada dalam kesedihan.
Pertama: dari ayat diatas (At Taubah:40) bahwa cara menghilangkan kesedihan ialah dengan menyadari, mengetahui, dan mengingat bahwa Allah bersama kita. Jika kita sadar bahwa Allah bersama kita, apa yang perlu kita takutkan? Apa yang membuat kita sedih. Allah Maha Kuasa, Allah Maha Penyayang, Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita.
Saat kesedihan terus menimpa kita, mungkin kita lupa atau hilang kesadaran, bahwa Allah bersama kita. Untuk itulah kita diperintahkan untuk terus mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d:28)
Dari ayat ini, kita sudah mengetahui cara menghilangkan kesedihan, kecemasan, dan ketakutan yaitu bidzikrillah, dengan berdzikir mengangat Allah.
Saat saya mengalami kesedihan, ketakutan, atau kecemasan, ada tiga kalimat yang sering saya gunakan untuk berdzikir.
  1. Istighfar, memohon ampun kepada Allah.
  2. La haula wala quwwata illa billah (Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)
  3. Hasbunallaah wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya Pelindung)
  4. Tentu saja, masih banyak kalimat-kalimat baik lainnya yang bisa Anda ucapkan
Alhamdulillah, kesedihan, kecemasan, dan ketakutan menjadi sirna setelah berdzikir dengan kalimat-kalimat diatas. Tentu saja, bukan saja dzikir di lisan tetapi harus sampai masuk ke hati.
Kedua: cara menghilangkan kesedihan ialah dengan berdo’a seperti dicontohkan oleh Rasulullah saw. Nabi pun meminta pertolongan Allah, apa lagi kita, jauh lebih membutuhkan pertolongan Allah. Maka berdo’alah.
Tentu saja, masih banyak cara supaya kita tidak bersedih. Saya bisa menulis buku tebal jika mau membahas semuanya. Namun, dengan dua cara utama diatas kita akan mendapatkan mamfaat yang luar biasa. Bersedih masih mungkin kita alami, tetapi tidak lagi bersedih yang berlebihan dan berlarut-larut. Karena hidup dan perjuangan harus berjalan terus.
Janganlah kamu bersedih.

masa lalu dan sekarang untuk masa depan!!!

Ada yang bertanya, sejauh mana masa lalu mempengaruhi kesuksesan kita di masa depan?
Sebelum kita menjawab pertanyaan diatas, kita lihat faktanya saja. Ada orang yang memiliki masa lalu kelam, masa lalu yang pahit, dan penuh kegagalan, namun saat ini mampu meraih sukses. Ada juga orang yang sekarang sukses karena masa lalunya penuh dengan kesuksesan. Sebaliknya juga ada, tidak sedikit orang yang memiliki masa lalu indah dan gemilang namun mengalami keterpurukan saat ini.
Anda sudah bisa menebak jawaban pertanyaan diatas? Ini alasannya.
Masa lalu, baik atau buruk, akan meninggalkan kenangan. Baik kenangan indah yang membuat kita semangat. Namun kadang, kenangan indah juga membuat orang terlena. Beruntunglah yang menjadikan kenangan indah sebagai pemicu semangat. Begitu juga, ada orang yang meninggalkan kenangan pahit kemudian dijadikannya sebagai cambuk yang memotivasi dirinya hingga sukses. Namun, tidak sedikit orang yang hilang semangat karena masa lalu yang kelam.
Jadi, terlepas apakah masa lalu kita itu baik atau buruk, yang terpenting ialah bagaimana kita mengambil hikmah kemudian dijadikan sebagai landasan kita untuk melangkah ke depan saat ini. Tidak peduli apakah kenangan itu baik atau buruk, keduanya mengandung hikmah. Selanjutnya, apakah Anda mau memanfaatkan hikmah itu sebagai tindakan saat ini atau tidak? Kuncinya Ada Pada Saat Ini

Kuncinya ada pada saat ini, bukan masa lalu. Bagimana Anda bersikap dan bertindak sekarang. Bagaimana Anda menyikapi masa lalu kemudian mengambil tindakan untuk menyongsong masa depan.
Itulah yang perlu Anda lakukan saat ini atau sekarang: mengambil hikmah dan bertindak.
Saya teringat dengan kata-kata W Michell, orang yang sebagian besar tubuhnya pernah terbakar dan hidup diatas kursi roda. Dia mengatakan

It’s not what happens to you. It’s what you do about it.

Ini bukan tentang apa yang terjadi pada Anda. Ini tentang apa yang Anda lakukan dengannya. Fokusnya: apa yang Anda lakukan. Kapan? Ya sekarang.

Ada kata-kata yang indah, yang dikatakan oleh baginda Rasulullah saw
Aku mengagumi seorang mukmin. Bila memperoleh kebaikan dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya ke mulut isterinya. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Apa pun yang terjadi di masa lalu, kebaikan atau musibah, keduanya menjadi lahan mendapatkan pahala dari Allah.

it`s about love

Apa sebenarnya yang menjadi motivasi cinta? Cinta yang dimaksud adalah cinta kepada sesama. Untuk cinta kepada Allah, saya yakin sudah banyak yang membahasnya. Pada kali ini, saya ingin fokus membahas tentang cinta kepada sesama makhluq, terutama kepada sesama manusia.
Motivasi cinta begitu kuat. Banyak kasus, yang katanya demi cintanya kepada sang kekasih dia rela melakukan apa pun, termasuk bunuh diri. Belum lagi, coba dengarkan lagu-lagu tentang cinta yang sering mengatakan bahwa apa pun akan dilakukan demi cinta.
Dalam film, sinetron, lagu, dan berbagai budaya lainnya, sering kali cinta begitu diagungkan. Seolah segalanya. Sayangnya, cinta tersebut didominasi oleh cinta kepada lawan jenis. Dalam agama Islam, bukanlah dilarang untuk mencintai lawan jenis. Laki-laki mencintai wanita dan sebaliknya. Allah memang menciptakan rasa cinta kepada manusia. Karena cinta adalah anugrah dari Allah, maka cinta harus digunakan sesuai dengan kehendak Allah SWT. Inilah yang seharusnya menjadi motivasi cinta.
Dari Anas bin Malik ra berkata: Nabi Muhammad saw bersabda: “Seseorang tidak akan pernah mendapatkan manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah; sehingga ia dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya; dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya.” (Imam Al Bukhari).
Hadits ini memang ditujukan bagi kita yang mau merasakan manisnya iman. Bukan “manisnya” pelampiasan hawa nafsu. Oleh karena itu, dalam mencintai seseorang (istri, suami, anak, orang tua, dan sebagainya) harus karena Allah seperti yang dikatakan Rasulullah saw dalam hadits diatas: tidak mencintainya kecuali karena Allah. Motivasi cinta, harus karena Allah SWT.
Jika motivasi cinta kita hanya karena Allah, maka siapa yang dicintai dan bagaimana cara mencintai harus sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Bagaimana dengan pacar? Saya tidak sedang membahas haram tidaknya pacaran. Saya juga tidak sedang membahas apakah ada yang namanya pacaran islami. Yang ingin saya tekankan disini, jika kita mencintai seseorang, siapa pun itu, motivasi cinta tersebut harus karena Allah SWT dan sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
Yang kedua, sebesar apa pun cinta Anda kepada sesama makhluq, bahkan kepada anak dan orang tua, tetap Allah dan Rasul-Nya harus lebih dicintai. Apalagi hanya cinta kepada seorang pacar yang belum ada ikatan hukum sama sekali dalam pandangan agama. Jangan sampai melebihi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Salah satunya tidak melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya demi cinta kepada kekasihnya. Seperti mendekati zina apalagi sampai melakukannya.
Manusia hidup hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Itulah motivasi hidup sejati manusia. Termasuk motivasi cinta. Cintai istri karena Allah. Cintai suami karena Allah. Cintai anak, orang tua, kakak, dan sudara seiman lainnya hanya karena Allah. Karena inilah motivasi cinta sejati.