Khauf dan Roja ibarat dua sayap burung yang dengannya ia dapat menjalani kehidupannya dengan sempurna.
Khauf dan roja` adalah dua ibadah yang
sangat agung. Bila keduanya menyatu dalam diri seorang mukmin, maka akan
seimbanglah seluruh aktivitas kehidupannya. Bagaimana tidak, sebab
dengan khauf akan membawa dirinya untuk selalu melaksanakan ketaatan dan
menjauhi perkara yang diharamkan; sementara roja` akan menghantarkan
dirinya untuk selalu mengharap apa yang ada di sisi Rabb-nya 'Azza wa
Jalla. Pendek kata dengan khauf dan roja` seorang mukmin akan selalu
ingat bahwa dirinya akan kembali ke hadapan Sang Penciptanya, disamping
ia akan bersemangat memperbanyak amalan-amalan. Allah berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab)
tuhan mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat tuhan
mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan tuhan mereka (dengan
sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka
berikan, dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya
mereka akan kembali kepada tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk
mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera
memperolehnya." [QS. Al-Mukminun: 57-61]. 'Aisyah -radhiyallahu 'anha-
pernah bertanya kepada Rosulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- apakah
mereka itu orang-orang yang meminum khamr, berzina, dan mencuri?
Rosulullah menjawab, "Bukan! Wahai putri Ash-Shiddiq. Justru mereka
adalah orang-orang yang melakukan shoum, sholat, dan bershodaqah, dan
mereka khawatir tidak akan diterima amalannya. Mereka itulah orang-orang
yang bergegas dalam kebaikan." [HR. At-Tirmidzi dari 'Aisyah]. Allah
juga berfirman, "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka
berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas." [QS. Al-Anbiya': 90].
HAKIKAT KHAUF
Khauf (takut) adalah ibadah hati, tidak dibenarkan khauf ini kecuali
terhadap-Nya Subhanahu wa Ta'ala. Khauf adalah syarat pembuktian
keimanan seseorang. Allah berfirman: "Sesungguhnya mereka itu tidak lain
syaitan-syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya
(orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang
beriman." [QS. Ali Imran: 175].
Apabila khauf kepada Allah berkurang dalam diri seorang hamba, maka ini
sebagai tanda mulai berkurangnya pengetahuan dirinya terhadap Rabb-nya.
Sebab orang yang paling tahu tentang Allah adalah orang yang paling
takut kepada-Nya.
Rasa khauf akan muncul dengan sebab beberapa hal, di antaranya: pertama,
pengetahuan seorang hamba akan pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosanya
serta kejelekan-kejelekannya; kedua, pembenarannya akan ancaman Allah,
bahwa Allah akan menyiapkan siksa atas segala kemaksiatan; ketiga,
mengetahui akan adanya kemungkinan penghalang antara dirinya dan
taubatnya.
Para ulama membagi khauf menjadi lima macam:
1. Khauf ibadah, yaitu takut kepada Allah, karena Dia Mahakuasa atas
segala sesuatu, memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan
siapa yang dikehendaki-Nya, memberi kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan menahan dari siapa yang dikehendaki-Nya. Di Tangan-Nya-lah
kemanfaatan dan kemudharatan. Inilah yang diistilahkan oleh sebagian
ulama dengan khaufus-sirr.
2. Khauf syirik, yaitu memalingkan ibadah qalbiyah ini kepada selain
Allah, seperti kepada para wali, jin, patung-patung, dan sebagainya.
3. Khauf maksiat, seperti meninggalkan kewajiban atau melakukan hal yang
diharamkan karena takut dari manusia dan tidak dalam keadaan terpaksa.
Allah berfirman, "Sesungguhnya mereka itu tidak lain syaitan-syaitan
yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik
Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman." [QS. Ali Imran:
175].
4. Khauf tabiat, seperti takutnya manusia dari ular, takut singa, takut
tenggelam, takut api, atau musuh, atau selainnya. Allah berfirman
tentang Musa, "Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut
menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya)." [QS. Al-Qashash:
18].
5. Khauf wahm, yaitu rasa takut yang tidak ada penyebabnya, atau ada
penyebabnya tetapi ringan. Takut yang seperti ini amat tercela bahkan
akan memasukkan pelakunya ke dalam golongan para penakut.
HAKIKAT ROJA`
Adapun roja` secara bahasa artinya harapan/cita-cita; sedangkan menurut
istilah ialah bergantungnya hati dalam meraih sesuatu di kemudian hari.
Roja` merupakan ibadah yang mencakup kerendahan dan ketundukan, tidak
boleh ada kecuali kepada Allah 'Azza wa Jalla. Memalingkannya kepada
selain Allah adalah kesyirikan, bisa berupa syirik besar atau pun syirik
kecil tergantung apa yang ada dalam hati orang yang tengah mengharap.
Roja (harapan/mengharap) tidaklah menjadikan pelakunya terpuji kecuali
bila disertai amalan. Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka
itu mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." [QS. Al-Baqarah: 218]. Allah juga berfirman, "Barang siapa
mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah
kepada tuhannya." [Al-Kahfi: 110].
Berkata Ibnul Qoyyim dalam "Madarijus-Salikin": "Orang-orang yang
mengerti telah bersepakat bahwa roja` tidak akan sah kecuali jika
dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap
mengharap apabila tidak beramal". Dengan demikian, roja` kepada Allah
akan tercapai dengan beberapa hal, diantaranya: pertama, senantiasa
menyaksikan karunia-Nya, kenikmatan-Nya, dan kebaikan-kebaikan-Nya
terhadap hamba; kedua, jujur dalam mengharap apa yang ada di sisi Allah
dari pahala dan kenikmatan; ketiga, membentengi diri dengan amal shaleh
dan bergegas dalam kebaikan.
Ibnul Qayyim -rahimahullah- membagi roja` menjadi tiga bagian, dua di
antaranya roja`,yang benar dan terpuji pelakunya, sedang yang lainnya
tercela. Roja` yang menjadikan pelakunya terpuji, pertama: seseorang
mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah, di atas cahaya
Allah, ia senantiasa mengharap pahalaNya; kedua: seseorang yang berbuat
dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa mengharap ampunan Allah,
kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya. Adapun yang menjadikan pelakunya
tercela: seseorang terus-menerus dalam kesalahan-kesalahannya lalu
mengharap rahmat Allah tanpa dibarengi amalan; roja` yang seperti ini
hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan yang dusta.