Sekecil Apapun Kebahagiaan mari kita rayakan dengan ngopi!!!!!

Senin, 02 Maret 2015

Spiritualis Manusia

Sesungguhnya, manusia memiliki tidak hanya badan jasmani, namun juga badan ruhani. Jika tidak dirawat dengan baik, badan jasmani bisa rusak. Jika tidak dipergunakan, badan jasmani pun bisa melemah, layu, bahkan lumpuh. Begitu pula badan ruhani. Bedanya, badan jasmani bersifat lahiriah alias terjangkau oleh indera. Sedangkan badan ruhani bersifat batiniah atau tidak terjangkau oleh indera, bahkan oleh pengetahuan.

Pengetahuan mensyaratkan kerja nalar atau akal yang berpikir. Inilah bedanya dengan ilmu, yang mensyaratkan kerja rasa atau hati yang merasakan. Satu dan lainnya sesungguhnya tidak bisa saling meninggalkan. Sebenarnya, akal dan hati pun bukan instrumen badan jasmani, tapi lebih merupakan alat kelengkapan badan ruhani. Yang di badan jasmani adalah otak dan jantung. Genital juga ragawi, di badan ruhani-lah birahi bersemayam.

Kurangnya perhatian terhadap perbedaan mendasar antara yang zahir dan yang batin dalam diri manusia menyebabkan kita semakin jauh dengan diri kita sendiri, bahkan semakin tidak kenal, dan pada akhirnya kita kehilangan jatidiri. Apa yang lebih merugi dari kehilangan diri sendiri? Gaib sesungguhnya bukan hanya hal-hal di luar diri yang tidak dapat dijangkau oleh indera kita, namun juga hal-hal di dalam diri yang gagal kita kenali.

Manusia adalah himpunan rasionalitas dan irrasionalitas. Manusia tidak dapat hanya mengandalkan kerja nalar, dan mengabaikan kerja rasa. Manusia tidak bisa bertahan hidup dengan ritualitas belaka, dan meninggalkan spiritualitas. Selain hal-hal yang disangka-sangka, betebaran hal-hal yang tidak disangka-sangka di semesta raya ini -- yang justru lebih menentukan jalannya seleksi alam. Demikianlah keseimbangan ditata.

Jika dibelah dalam tiga kategori besar, maka tubuh dan ruh manusia terdiri atas kepala yang di dalamnya terdapat otak dan akal; dada yang di dalamnya terdapat jantung dan hati; serta genital yang di dalamnya terdapat testis/ovarium dan birahi. Barangsiapa bisa mengendalikan ketiga terminal induk itu, maka ia berhasil menaklukkan diri sendiri dalam perang ego yang, menurut Rasul Muhammad SAW, lebih besar daripada Perang Badar.

Untuk lebih mengakrabi diri sendiri, ajaran Tasawuf menamai tiga kategori besar itu selayaknya rumah, setidaknya itulah yang dipaparkan dalam Serat Wirid Hidayat Jati karya Raden Ronggowarsito, yang menguak ajaran ulama besar Sunan Kalijaga. Bagian kepala dinamai Bait Al Makmur atau rumah keramaian di mana pikiran-pikiran berkecamuk. Bagian dada dinamai Bait Al Muharram atau rumah larangan di mana larangan ditetapkan.

Larangan itu sangat keras, yaitu tiada yang diizinkan tinggal di dalamnya kecuali segala yang berasal dari benih Cinta dan Kasih Sayang. Sedangkan bagian genital dinamai Bait Al Muqaddas atau rumah kesucian di mana tiada yang dihalalkan keluar-masuk kecuali yang berhak, yaitu yang telah bersuci dan dipersucikan. Tak setiap hal yang ruhani bisa diakses dengan pendekatan jasmani. Selain ritual, perlu juga sentuhan secara spiritual.

Tiga kategori kegiatan manusia adalah natural, ritual, dan spiritual. Berpikir, merasakan, maupun merangsang itu natural dialami manusia. Menjadi ritual ketika dalam pelaksanaannya oleh akal, hati, dan birahi terimplementasikan ajaran adiluhung. Jika di dalamnya terdapat daya cipta, rasa, dan karsa; jadilah kerja spiritual. Jika daya itu diperoleh dari budi pekerti sehingga mewujud budi daya atau budaya, itulah yang disebut spiritualitas.
Budaya adalah akar, peradaban batang pokoknya dan teknologi menjadi bunga. Ketiga daya di atas berinduk pada tiga intisari manusia: kehendak, ide, dan niat. Jika niat adalah intisari perbuatan, maka ide itu intisari pemikiran dan kehendak itu intisari perasaan. Tak ada kata terlambat untuk mulai mengenal diri sendiri. Dalam tata kelola waktu, bukan waktu yang terbuang yang harus disesali, melainkan waktu yang tersisa yang harus disiasati.

By: Gus Candra.