Sekecil Apapun Kebahagiaan mari kita rayakan dengan ngopi!!!!!

Sabtu, 27 Desember 2014

Filosofi Ponokawan



Awal kemunculan wayang di Jawa menjadi bukti akulturasi budaya. Sekaligus menjadi media penyebaran agama Islam bagi wali songo terkhusus Sunan Kalijaga sebagai pencipta wayang –punakawan.
Akan tetapi, tingginya arus globalisasi sedikit demi sedikit menggeser dunia pewayangan di Indonesia. Penulis amati, agaknya globalisasi yang tengah hangat ini mampu menggantikan pewayangan yang sejak dahulu ada. Tidak dapat dipungkiri, kecenderungan memilih melihat konser band luar negeri dibanding budaya sendiri, wayang. Padahal, epistemologi pewayangan Indonesia jauh di atas produk globalisasi tersebut. Nilai yang terkandung melebihi dari sekadar alunan syair kontemporer saat ini.

Wayang yang selama ini kita sanggap jadul ternyata menyimpan keindahan filosofi pada setiap tokohnya. Penulis teramat berkesan dengan keindahan tokoh Punakawan yang kerap mewarnai pementasan wayang di Indonesia. Bahkan menjadi idola bagi para penikmat wayang. Ternyata 4 pandawa Punakawan mempunyai filosofi luhur yang diambil dari bahasa arab.

Tokoh Punakawan yang terdiri atas Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong ini mempunyai nama yang diambil dari bahasa arab. Semar dari kata Syimar, Gareng (Khairan), Petruk (Fatruki) dan Bagong (Bagho). Keempat kata arab tersebut jika digabungkan mempunyai makna Syimar Khairan, Fatruki Bagho yakni “sebarkan kebaikan, jauhi kejelekan”. Selain itu, Semar juga mempunyai semboyan “Begegeg Ugeg Ugeg, Mel Mel Sadulito”. Jadi orang harus kokoh, jangan mudah goyah, harus teguh pendirian. Menuntut ilmu sedikit demi sedikit, tapi tanpa henti. Sungguh keindahan filosofi dan itu warisan luhur bangsa kita sendiri.
Penulis semakin bergairah mencintai Indonesia lewat budaya wayang. Ini dikarenakan, tokoh Punakawan tidak hanya menjadi stimulus dunia wayang, tetapi membawa nilai-nilai luhur melalui sifat yang mereka punyai. Semar, sebagai sang bapak bagi ketiga pandawa. Meski berpenampilan jelek, ia merupakan simbol kebaikan. Mempunyai kesaktian, kedalaman ilmu, dan kearifan jiwa.

Gareng, dalam kisahnya menjadi simbol manusia pandai. Namun, kepandaiannya itu tidak diikuti dengan kecakapannya dalam mengemukakan pandapat. Berbeda dengan Gareng, Petruk menyimbolkan manusia yang banyak bicara akan tetapi tidak sepandai Gareng.
Terakhir Bagong, merupakan bayangan dari Semar. Bagong mempunyai pribadi lancang, suka mengemukakan kritikan pedas dan penuh kebijakan. Hampir mirip dengan para pemimpin di negeri ini yang penuh kebijakan. Tapi sayang, realisasi yang masih belum optimal.
Dari keempat pandawa di atas, ada satu tokoh yang kiranya mampu menjadi panutan bagi para pemimpin negeri. Tokoh itu ialah Semar Bodronoyo. Sosok yang mempunyai kadigdayan, kasekten, spiritualis, serta sebagai sosok pemimpin yang kharismatik dan rasional.
Semar merupakan tokoh spiritual yang selalu ada di balik layar sebuah dinamika dan mekanisme yang adil dan demokratis. Menariknya, Semar akan segera pergi begitu mendapati kekuasaan dijalankan dengan corrupt dan tidak adil (diskriminatif). Dalam ceritanya ia berteman dengan seluruh imperium di dalam kekuasaan dunia dan pusat kekuasaan teologis para dewata di kahyangan joggring saloka.1)
Tokoh tersebut adalah hasil kebudayaan Indonesia, sejak dulu hingga sekarang kita kenali. Ironisnya, apakah para pemimpin kita sudah melupakan arti penting dari kebudayaan tersebut?
Epistemologi punakawan tidak akan menjadi filosofi kering jika kita sebagai generasi peradaban mampu memaknai dan menerapkan dalam kehidupan nyata. Punakawan haruslah menjadi tuntunan bagi generasi bangsa. Menambah kecintaan masyrakatnya terhadap keluhuran budaya.
Sungguh budaya yang mampu memikat hati penulis. Memahami, mengapresiasi, serta menjunjung tinggi, inilah caraku mencintai negeri.


Sumber : Mulkhan, Abdul Munir. 2003. Dari Semar ke Sufi. Yogyakarta: Al Ghiyats.

Kamis, 25 Desember 2014

Pahami Aroma Kopimu dalam Majlis Al-Ngopihitamiyah

   
"Kopi. Selalu ada saja cerita tentangnya. Kopi memiliki ruang cerita sendiri dalam kotak hidupku: Lebih dari semacam minuman penghilang kantuk, tetapi menjadi semacam filosofi dalam hidup so mari kita pahami aroma kopimu dalam Majlis Al-Ngopihitamiyah."

Hari yang berlalu semakin cepat jika kita saat bisa menikmatinya tanpa ada masalah yang menggangu. Apalagi saat kita buka majlis Al ngopihitamiyah he....  itulah istilah nongkrong bareng kawan-kawan dan menikmati secangkir kopi hitam panas yang kental di waroeng kang ilik  
        Selera tiap orang dalam menikmati kopi berbeda - beda. Entah itu kopi hitam, kopi susu, kopi putih (white coffee), atau yang lainya.. tapi kita tetap sama tak ada yang membeda-bedakan kita hanya penikmat kopi.
      
        Waktu saya ngariung bareng teman-teman di pangkalan waroeng kang ilik.  kemudian kami memilih untuk memesan kopi sesuai dengan selera masing-masing yang pasti kopi hitam itu seleraku. ada satu hal yang kalian harus ketahui, kenapa sih minum kopi harus sruput? selain masih panas supaya aroma kopi lebih terasa mungkin sebagian orang mengenal kopi hanya berwarna hitam dengan rasa pahit doang dan ternya di balik hitam kopi banyak filosofi bagi kehidupan yang tersimpan jika kita mau mempelajarinya dan banyak hal yang bisa kita petik dari aroma atau pun kejadian pas waktu kita ngopi mari kita pahami aroma kopimu masing-masing kawan  Misalnya dengan cara meminumnya. 
  1. saat meminum kopi itu harus pelan pelan agar mulut dan lidah kita tidak melempuh. namun jika kopi sudah dingin kita akan cepat meminumnya jika kita ambil filosofinya saat kita menjalani hidup, itu dengan penuh kesabaran tanpa harus terburu buru agar kita bisa mencapai suatu tujuan. namun jika kita mencari jalan pintas kita tidak akan pernah mencapai tujuan tersebut, yang ada malah kita terjebak dalam suatu masalah yang besar.
  2. bagi yang belum bisa merasakan kopi mungkin ngopi itu yang ada rasa pahit tapi bagi kami penikmat kopi bukan merasakan pahit melainkan menikmati pahit seperti halnya kita menikmati kehidupan.
  3. kopi itu ada wangi aroma, pahit bahkan manis yang dinikmati seperti halnya kehidupan ada senang bahkan ada susahnya.....
  4. walaupun berada di cangkir berbeda tapi kopi tetap sama hakikatnya begitupun manusia walaupun kita beda dalam fisik tetap sama hakikatnya hanya mahluk Allah SWT.
  5. Manis , Pahit Kenapa harus salah satunya kita nikmati? kita bisa nikmati dalam dalam satu cangkir kopi begitu pun hidup kita harus bisa menikmati manis pahitnya...
  6. mungkin adakalanya kita pandang hitamnya kopi ini sebagai keteguhan, lalu menikmati perlahan, mungkin akan terbiasakan begitu juga kepahitan kehidupan kita mesti bisa menikmatinya karna tanpa disadari Allah SWT. punya rahasia terbaik untuk kita dalam kepahitan itu dalam maha rencananya.
dan masih banyak lagi andai mau mempelajarinya mari kita pahami aroma kopimu dan sering-sering berada dalam majlis al ngopihitamiyah semoga kita bisa dapat mengambil hikmah dan pelajaran di balik hitamnya kopi....